Lunturnya Budaya Tata Krama
Nama : Tabina Wan Kedana
NIM : 16020215
Kelompok : 049
Jurusan : AK'20
Semakin maju zaman, semakin berubah pula cara masyarakat bersosialisasi yang diikuti dengan berubahnya cara berkomunikasi antar sesama. Hal tersebut terjadi pada anak-anak di lingkungan rumah saya di Bandung. Saya menempati rumah ini dari 2019 hingga sekarang dan saya sudah mengalami beberapa perubahan pada lingkungan ini. Pada awal saya tinggal di sini, saya sering bermain dengan anak-anak lain, seperti bermain sepeda, saling bercanda, atau pun se-simple menaburkan daun-daun kecil ke aliran air, selayaknya anak kecil yang belum tau apa-apa dan membicarakan hal-hal random.
Setelah beberapa lama, semakin pada dewasa, kami mulai jarang bermain bersama dan digantikan oleh anak kecil lain yang bukan dari perumahan kami dan permainannya mulai tidak sesuai umur, ada yang bermain menggunakan ranting atau batang pohon yang tajam dan menaiki sepeda dengan kecepatan tinggi yang pada ban sepedanya dikasih botol aqua bekas supaya mengeluarkan bunyi yang menganggu ketenangan karena menyebabkan polusi suara. Sambil bermain, mereka pun berteriak-teriak dengan kata yang tidak sopan dan kasar. Hingga sekarang ini, mereka sering bermain di depan salah satu rumah dengan tetap terus berteriak dan menggunakan bahasa yang tidak baik, tidak jarang mereka membawa sepeda motor padahal umur mereka belum mencapai 10 tahun.
Hal ini terjadi karena anak-anak mendapatkan informasi yang tidak sesuai umur dari internet karena tidak diawasi, mencontoh orang dewasa yang tidak menjaga omongan di depan mereka, kurangnya pendidikan karena keterbatasan ekonomi, dan orang tua yang tidak mengawasi perkembangan anaknya. Maka dari itu, anak-anak tersebut melakukan sesuatu sesuka mereka.
Sebagai seorang mahasiswa, mengetahui PoPoPe (Posisi, Potensi, dan Peran). Posisi saya sebagai seseorang yang berpotensi untuk memberikan edukasi dalam hal ini dapat membantu untuk memberitahukan kepada anak-anak tersebut tata krama yang baik dan benar, di awali dengan menegur saat berkata tidak pantas dan mengajarkan budaya tata krama di Indonesia apabila saya memiliki pengetahuan dan kekuasaan lebih. Kemudian, saya memiliki potensi untuk membawa mereka ke arah yang lebih baik dengan mengajarkan pelajaran yang sesuai dengan umur mereka agar mereka berperilaku sesuai umur. Terakhir, peran saya dalam menyelesaikan masalah ini adalah saya harus memberi contoh bagaimana cara berperilaku yang baik dengan menggunakan bahasa yang santun agar sesuai dengan budaya tata krama.